Employee ? Enterpreneur?

source pinterest

Halo, buat kalian yang dulu ngikutin Tumblr saya pasti masih inget kan soal perdilemaan saya ingin bekerja kantoran atau menjalakan bisnis party planner. Untuk menyegarkan ingatan kalian, saya kilas balik sedikit ya, dahulu kala, saya memulai sebuah bisnis yang lekat dengan dedekoran, walaupun pendapatan yang super tidak stabil, saya sangat senang menjalaninya, setelah almost 2 years berada di ketidak-stabilan financial, orang-orang terdekat saya, termasuk keluarga inti mulai menyampaikan kritik “destruktif”nya ke saya. Segala macam kalimat yang tidak enak didengar menjadi makanan sehari-hari saya, kebayang ya, ketika kerja keras kita tidak diapresiasi hehe. Tepat 1 tahun yang lalu, saya memutuskan untuk melamar pekerjaan, setelah bertarung dengan ego, mencoba menahan idealis, dan mencoba berfikir positif atas keadaan yang saya hadapi waktu itu, September 2017 saya mulai menjalani hari-hari yang berbeda dari biasanya, yaitu kerja kantoran. Bekerja di salah satu brand produk anak-anak dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore, senin-sabtu membuat saya berada pada zona yang super aneh. Kegiatan dekor-mendekor pun terhenti, meeting-meeting lutju bersama klienpun sudah tiada lagi, belanja material, panas-panasan ke toko kain, toko bunga, percetakan, semuanya hilang bak kiamat. Kegiatan saya-pun berubah drastis, peran sebagai Account Executive pada akhirnya saya lakoni. Saya sedikit menceritakan tentang hari-hari saya selama di kantor ya, apakah baik-baik saja? Waw tentu tidak, apakah saya menikmati? Waw sempat kok hahaha. Jobdesc yang saya kerjakan di kantor diantaranya mengurusi strategi marketing, penghubung antar pihak eksternal dan internal, supervising kegiatan marketing, content maker untuk kebutuhan social media, merangkap fotografer untuk produk, belum lagi mendata laporan penjualan, follow up klien dan masih banyak lagi. Jika ditela’ah jobdesc tersebut juga saya kerjakan di party planner, yang berbeda adalah adaptasi dengan team baru serta wewenang kantor yang berbeda, perbedaan pendapat, konflik internal, dan lain sebagainya. Kalian yang kerja kantoran pasti paham lah ya hal-hal apa aja yang bisa terjadi antara staff dan atasan, sesama staff, bahkan ke klien wkwkwk. Hari-hari saya berwarna sih tapi sayang……..burem. Selama satu tahun berkarir sebagai mba-mba kantoran cukup banyak pelajaran yang bisa saya ambil, seperti system management mana yang harus diterapkan dan yang tidak boleh, menganalisis orang-orang (ini yang paling seru), mengambil keputusan yang melibatkan banyak orang, bertanggung jawab sesederhana bangun pagi untuk hadir ke kantor, how to be part of team, mencoba melakukan pendekatan, dan lainnya. Dengan rasa terseok-seok untung saja, masih ada kegiatan foto produk yang membuat saya berfikir “ya boleh lah” hahaha you know about what I mean ya. Memasuki bulan ke 9-11 saya ter-distract- dengan Tugas Akhir, 6 tahun kuliah gak lulus-lulus membuat saya lebih memperioritaskan TA ketimbang kantor. Setelah masa per-TA-an berakhir, seharusnya saya kembali ke kantor dengan tenang, tapi kenyataannya justru tidak. Perasaan sangat tidak nyaman mulai muncul di benak. Rasa rindu untuk mengelola party planner mulai hadir. Pada titik ini saya kembali dihantam dilemma, 3 pilihan di hadapan saya adalah, pergi melamar ke kantor lain, stay di kantor lama, atau kembali idealis memulai bisnis dari awal dengan berbekal modal dari sisa gaji. Kalian bisa tebak kan? Diantara ketiga opsi tersebut, opsi mana yang paling banyak mendapat dukungan? Yap tentu saja yang pertama, melamar ke perusahaan yang lebih besar dan lebih menantang. Hanya 30% dari orang-orang disekitar saya yang mendukung untuk kembali memberi nyawa ke party planner saya, sisanya skeptis, underestimate. Seolah-olah saya adalah perempuan sombong yang tak tau bersyukur, udah sekolah jauh-jauh, S1, kok bukannya ngelamar kerja L apa yang kamu lakukan dinda?! *zoom in zoom out* masih banyak pemahaman yang salah tentang berbisnis, dimata awam seseorang yang ingin menjalankan sebuah bisnis, haruslah cendikiawan kaya raya-tajir melintir, pokoknya bukan sobat misqueen, jangan mimpi kalean semwa sobat qu. Bisnis itu tydac muda, dan akan lebih sulit jika punya modal pas-pas’an L menurut saya, segala sesuatu memang harus dimulai dari langkah yang paling kecil, dengan niat, kegigihan, gagasan, inovasi, dan segala macam komposisi positifnya sebuah bisnis dapat berjalan, walau take a long time, masak mie instant aja tetep disuruh nunggukan? saya sendiri masih mencari tau doa apa yang dapat membuat seorang pembisnis bergelimang harta hanya dengan kedipan mata 3 kali? LOL selama berada dimasa dilemma, saya memutuskan untuk menggarap kembali bisnis party planner, dimulai dari yang kecil, seperti pesanan untuk hand bouquet dan wedding hampers, saya pasrahkan sisa gaji untuk modal. Dengan atau tanpa dukungan saya tetap akan mencoba peruntungan saya di dunia jasa dedekoran ini. Dan allhamdullilah, Tuhan baik sekali memberi peluang. Step-by-step walau hasilnya hanya sebutir beras (sebutir beras bagi mereka yang skeptis terhadap keputusan saya) tapi bagi saya pribadi, ini adalah sesuatu yang hebat, hebat karena saya berani memulai pekerjaan yang sesuai dengan passion. Lalu bagaimana dengan pekerjaan kantor? Ya baik-baik aja hahaha. Saya berusaha mati-matian membagi waktu untuk kantor dan party planner. Apakah balance? Tentu tydac, sometimes kantor saya korbankan (jangan dicontoh ya)  lah loh, yang reisgn aja dong sis! Syudah saya ajukan, tapi pihak atasan masih sulit mengabulkan wkwkwk. Lalu siapakah yang menjadi perioritas? Of course party planner, tapi tanpa meninggalkan 100% tanggung jawab saya di kantor. Ini aneh sih tapi nyata adanya, pagi saya akan ke kantor dan mengerjakan tugas-tugas saya, siang atau menjelang sore saya akan beranjak pergi untuk mengurusi keperluan party planner, bahkan malam hari disaat jam pulang kantor. Iyap saya bersama pejuang Jakarta lainnya menerjang macet dengan lelah, bedanya mereka pulang ke rumah, kalau saya nyamperin vendor atau klien. Cape? Pasti! Kapok? Tentu tidak. Lalu dengan timeline saya yang ngacok ini, apakah ada konsekuensi dari atasan? Pasti…..potong gaji hahaha. Ambisi saya yang begitu keras mengalahkan rasa lelah, mungkin kalian gemas dan bertanya kenapa saya tidak senekat orang-orang untuk terjuan 100% ke dunia bisnis dan bersikap bodo amat dengan kantor, disatu sisi saya punya prinsip perkenalan yang baik, harus di akhiri dengan perpisahan yang baik pula, lalu hal lain yang melatar belakangi, dengan saya tetap mengcover diri saya sebagai orang kantoran, orang-orang yang skeptis terhadap saya setidaknya tidak akan mencibir, gak ribet ngurusin hidup saya hahaha. Jauh didalam diri saya, saya sering sedih bahkan marah dengan apa yang mereka katakan. Saya tau tujuan mereka yang tidak mendukung saya berbisnis adalah, bisnis tidak gampang, butuh perjuangan dan ilmu yang ekstra, income yang tidak stabil, dan perjalanan yang akan sangat lama untuk sampai ke titik kesuksesan. Namun akan lebih baik jika disampaikan dengan kalimat manis tanpa pengawet. Saya hanyalah seonggok daging dengan pengatahuan bisnis yang super minim, tapi gak dosa kok kalau sedikit aja mendukung keputusan dan keinginan saya. Toh semua hal yang ada didunia ini bisa kita pahami karena belajar kan?

Lalu setelah ngetik panjang lebar, point apa yang didapat dari kisah sedih di hari minggu ini? Untuk kalian yang mungkin punya adik, kakak, temen, ibu, ayah, om, tante, tetangga, siapapun yang ingin memulai sebuah bisnis, dukung deh, dengan kalimat-kalimat memotivasi. Kritik yang gak baik dan menjurus ke underestimate itu berbahaya lho, kalian gak akan tau seberapa destruktifnya kalimat itu untuk hidup seseorang. Sekecil apapun usaha yang mereka lalukan, gak dosa juga kok untuk diapresiasi. Lebih baik kenal dengan orang yang mau mencoba daripada dengan seorang pemalas kan? Menurut saya tidak ada yang salah dengan mengejar passion, asal ditekuni dan gak merugikan orang lain. Employee ataupun Enterpreneur tidak ada yang salah, yang salah adalah ketika seseorang menjalankannya tanpa rasa nyaman dan berefek ke kehidupan sehari-hari, yang seharusnya bekerja dengan senyum dan kebahagiaan berubah menjadi keluh kesah tak terhenti. Bekerja kantoran ataupun menjadi pembisnis sama-sama mampu memberikan dampak positif untuk diri sendiri serta orang lain, tergantung bagaimana kita bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Dan yang patut kita semua pahami, mengejar passion bukan sesuatu yang gila dan tak pantas dilakukan, menurut saya pribadi, passion itu harus dikejar, karna passionlah seseorang mampu berkembang, karna passionlah seseorang mampu mencapai kesuksesan dengan koridor yang sesuai dengan amunisinya. Saya sangat yakin ada banyak pembisnis diluar sana yang jauh lebih gila dalam mengambil keputusan, tapi dengan kepercayaan diri, pembelajaran dan dukungan orang-orang sekitar, kerja keras, lelah yang dirasakan setiap detik pasti akan berbalas dengan buih-buih kesuksesan. So, kalian jangan takut atau malu untuk memulai sebuah bisnis, sekali lagi, gak ada yang salah kok, selama kalian gak merugikan orang lain dan bertanggung jawab penuh atas yang kalian pilih. Kerja kantoran itu keren, berbisnis juga keren, tergantung bagaimana kita menjalankannya. Jangan takut gagal of course, anak kecil aja ketika belajar berjalan jatuh berkali-kali kan? Don't be afraid to give up the good to go for the great, If you feel like there’s something out there that you’re supposed to be doing, if you have a passion for it, then stop wishing and just do it.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

About

The Quarter Life Crisis

Apa Kontribusi Terbaik Dalam Hidupmu?